TSriBSA8GfrlBSClGpMiGpYoGi==

Iran-Israel Semakin Saling Serang, Korban Terus Berjatuhan

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitorkrimsus.com

Jelang tengah malam, saya sempatkan update perang Iran-Israel. Kalau tak di-update, followers saya pasti nanyakan. Pada kepo. Gini, ya, yang namanya perang, pasti korban berjatuhan. Dua negara yang dulu pernah akur ini sekarang semakin intensif saling serang. Belum ada tanda-tanda reda. Sementara warga +62 asyik nonton sambil seruput kopi. Ada juga yang berdoa agar cepat damai. Simak narasinya, wak!

Tanggal 23 Juni 2025, apa yang terjadi di tengah perang di jantung jazirah Arab itu. Israel dan Iran memutuskan untuk saling menampar pakai misil. Saling kirim bom. Lalu, menegaskan, diplomasi hanyalah dongeng pengantar tidur yang sudah basi.

Israel memulai orkestra dengan gaya khasnya, presisi surgawi ala teknologi AS. Mereka meluncurkan gelombang serangan udara yang katanya “dihitung milimeter”, meskipun kenyataannya jatuhnya tetap ke kepala orang-orang yang tidak sempat buka Google Maps. Targetnya adalah pusat-pusat komando IRGC di Teheran, Karaj, Tabriz, dan Kermanshah. Tharallah dan Alborz Corps, dua pusat kejantanan militer Iran, dibikin rata dengan tanah. Bahkan markas Basij, organisasi semi-paramiliter sekaligus komunitas senam pagi ideologis, ikut hancur, mungkin karena terlalu banyak memakai Wi-Fi anti-Zionis.

Korban jiwa? Israel mengklaim ratusan personel IRGC gugur, dan warga sipil entah kenapa ikut tertabrak logika geopolitik. Di sekitar Penjara Evin dan permukiman elite Teheran, bom nyasar dengan elegansi yang membingungkan. Listrik padam, jalan ke fasilitas nuklir Fordow rusak total. Seolah-olah, Israel ingin berkata, “Biarpun kalian punya uranium, jalan ke sananya kami portal dulu.”

Iran, tak sudi diam seperti mantan yang belum move on, membalas lewat Operation True Promise III, nama operasi yang terdengar seperti judul sinetron religi tapi isinya malah rudal dan drone bunuh diri. Tel Aviv dan Haifa jadi panggung balas dendam. Gedung apartemen di Ramat Aviv berubah jadi puzzle beton. Sebuah panti jompo kena juga, hingga jendelanya pecah sampai lantai 11, mungkin agar para lansia bisa menyaksikan langsung bagaimana sejarah berulang dalam bentuk ledakan.

Iran mengklaim telah menghajar fasilitas rahasia Mossad dan pembangkit listrik. Tapi seperti biasa, Israel membantah, “Tidak, itu hanya bangunan biasa yang sedang meditasi.” Listrik mati di sebagian Israel tengah, TikTok mogok, dan remaja-remaja Zionis mendadak membaca buku, sebuah tragedi tak terduga dalam sejarah modern.

Tapi yang paling memalukan adalah ketika ketahuan bahwa 40% warga Tel Aviv tak punya akses ke tempat perlindungan. Banyak bunker digembok, dijadikan gudang sepeda atau tempat menyimpan kenangan masa lalu. Maka ketika sirene meraung, rakyat berlarian seperti peserta lomba lari dari kenyataan. Ada yang masuk lift, ada yang masuk lemari, dan ada pula yang masuk ke Twitter, karena tempat paling aman hari ini bukanlah bunker, tapi trending topic.

Perang ini bukan tentang agama, bukan tentang kebenaran, bahkan bukan tentang tanah. Ini adalah teater absurdisme tempat ego, dendam, dan saham industri militer saling peluk erat sambil menari tango di atas jenazah. Rudal bukan lagi senjata, tapi puisi berdarah. Drone bukan alat perang, tapi surat cinta dari neraka.

Sementara itu, di ruang gelap penuh layar monitor, para sponsor perang, pengusaha senjata, konglomerat minyak, dan influencer geopolitik, tertawa pelan, menyaksikan dua bangsa besar saling mencabik demi kehormatan palsu yang tak bisa dibelikan sebotol air untuk anak-anak mereka sendiri.

Kita, penonton pasif global, hanya bisa menyaksikan babak demi babak pertunjukan kiamat ini. Sementara itu, konspirasi global bersiul lirih, perusahaan senjata panen laba, media panen rating. Sementara umat manusia terus bertengkar soal siapa yang lebih suci sambil saling meledakkan kota masing-masing.

Selamat datang di abad ke-21. Di mana perang bukan lagi soal menang atau kalah, tapi siapa yang paling absurd dalam membungkus pembantaian sebagai diplomasi.

Publusher : Krista#camanewak

Komentar0

Type above and press Enter to search.