TSriBSA8GfrlBSClGpMiGpYoGi==

Dr Warsito dan Dua Dokter Bejat

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitorkrimsus.com

Pada tulisan sebelumnya, saya sudah mengulas secara singkat siapa Dr. Warsito Purwo Taruno. Walau bukan lulisan kedokteran, melainkan chemical enginering, namun temuannya banyak digunakan dokter di dunia. Ia pahlawan sains, penemu alat ECCT, si pembunuh sel kanker yang lebih tajam dari sindiran mantan pas debat malam minggu. Dunia mengakui kehebatannya, walau di negeri sendiri kadang malah ditanya, "Ini alat bisa transfer pulsa, enggak?"

Namun di sisi lain, ada... ehm... dua makhluk yang juga memakai jas putih dan menyandang titel “dokter.” Sayangnya, lebih cocok disebut “dosen tamu dari neraka semester pendek”. Mereka bukan menyembuhkan, tapi malah bikin orang trauma sampai perlu dokter lagi buat ngobatin luka batin akibat ulah mereka. Ironis? Lebih ironis dari sinetron tukar bayi.

Kasus pertama datang dari Pontianak. Duh, daerah gue ni, wak. Malu sih. Kabar terpanasnya, ada oknum dokter bernama Priguna Anugerah Pratama diduga bukan cuma meresepkan obat, tapi juga membius keluarga pasien. Maaf nih, lalu melakukan tindakan pelecehan seksual. Wow, selamat! ente telah mempraktikkan spesialisasi yang tidak ada di kurikulum kedokteran mana pun, psikopatologi praktikal!

Lokasi kejadiannya pun bukan tempat sembarangan, wak. Ini terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Rumah sakit besar, tempat orang berharap sembuh, bukan malah dibikin trauma seumur hidup. Judul sinetronnya, “Bius, Abuse, dan Mampus!” 

Lanjut ke kasus kedua. Kali ini datang dari Garut, tanah dodol dan kesabaran yang diuji. Seorang oknum dokter kandungan bernama M. Syafril Firdaus ditangkap karena diduga melecehkan pasien ibu hamil saat pemeriksaan USG. Lah, itu USG, Bang. Ultra Sound Gelombang, bukan Ultra Sentuhan Gatal!

Sumpah demi stetoskop dan tensimeter, kita semua berharap dokter itu cuma mimpi buruk kolektif. Tapi sayangnya, ini bukan episode “Doctor Strange” di Marvel. Ini Doctor Stranger Things.

Dua kasus ini bikin kita berpikir, apakah sumpah Hipokrates zaman sekarang sudah diubah jadi sumpah “Hipokrit Sejati”? Yang disumpah bukan lagi untuk menyelamatkan, tapi untuk "membius dan menyentuh tak diundang"? Atau jangan-jangan, ada kelas mata kuliah rahasia waktu koas, "Etika Pelecehan 101?"

Sementara Dr. Warsito susah payah memperjuangkan alat penyembuh kanker dan malah kadang dipandang sinis di negeri sendiri, dua “dokter” ini justru dengan percaya dirinya melakukan aksi bejat, seolah dunia ini milik mereka dan pasien adalah kelinci percobaan (yang sayangnya tidak setuju ikut eksperimen).

Dunia medis kita perlu cuci tangan lebih dari sekadar 20 detik. Butuh disikat pakai moral, disabuni etika, dan dibilas dengan rasa kemanusiaan.

Karena kalau begini terus, nanti masyarakat lebih percaya dukun beranak dari dokter kandungan. Setidaknya, dukun beranak enggak pake gel aneh-aneh pas periksa.

Selamat datang di negeri di mana dokter jenius harus berjuang sendirian, dan dokter bejat justru sempat punya pasien. Kita tunggu keadilan datang... semoga enggak kena antrean BPJS.

Publisher :  Timtas M-Krimsus#camanewak

Komentar0

Type above and press Enter to search.