TSriBSA8GfrlBSClGpMiGpYoGi==

Mengenal Yossi Irianto, Sekda Ber-IPK 3,95 Masuk Penjara

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitorkrimsus.com

Kasusnya sudah lama. Jangan dianggap sudah aman, bisa bahagia dengan uang hasil korupsi. Bangkai busuk tetap tercium. Itulah yang terjadi dengan Yossi Irianto, mantan Sekda yang diseret ke penjara. Mari kita kenalan dengan birokrat bergelar doktor ini.

Di negeri yang katanya beradab ini, kadang-kadang lahir sosok luar biasa. Sosok yang membuat kita terpana, berdecak kagum, bahkan nyaris sujud syukur atas kehadirannya di tengah rakyat. Itulah Yossi Irianto. Bukan manusia biasa. Ia adalah titisan kesempurnaan birokrasi. Lahir di Purwakarta pada 29 April 1962, di hari yang konon dipilih semesta untuk menghadirkan seorang pemimpin agung. Ia menapaki jalan kariernya dengan keanggunan seorang raja Jawa yang tak pernah tergesa. Akademi Pemerintahan Dalam Negeri ditaklukkannya pada 1985, lalu puncak keilmuannya diraih lewat gelar Doktor Administrasi Publik dari Universitas Padjadjaran. IPK-nya? 3,95! Hampir empat! Nilai yang membuat malaikat penjaga universitas menoleh dan berbisik, “Ini manusia atau sistem operasi AI?”

Karier Yossi cemerlang seperti sinar mentari pagi di Taman Balai Kota. Dari staf keuangan biasa, ia menjelma menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Sepuluh tahun mengatur pundi-pundi daerah, ia disebut-sebut mampu mencium potensi pajak dari aroma gorengan kaki lima. Lalu diangkat menjadi Sekretaris Daerah Kota Bandung. Sekda! Posisi sakral yang hanya dihuni manusia-manusia pilihan Tuhan dan Walikota. Dalam masa jabatannya, tak sedikit yang menyebut Yossi sebagai teknokrat tulen, birokrat berdarah emas, pemimpin yang jari-jemarinya menari-nari laksana konduktor simfoni, mengatur harmoni antara disposisi dan proyek.

Tak cukup berkuasa di balik layar, ia sempat mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bandung pada 2018. Saat itu, langit Bandung hampir berguncang karena kabarnya alam pun merestui Yossi naik takhta. Tapi rakyat berkata lain. Ia kalah. Ya, kalah. Karena rupanya rakyat Bandung saat itu masih waras. Mereka belum siap dipimpin oleh seseorang yang terlalu sempurna untuk bumi.

Dan kini, kisah epik itu berubah jadi tragedi. Pada 23 Mei 2025, Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menetapkan Yossi Irianto sebagai tersangka kasus korupsi penguasaan lahan milik Pemerintah Kota Bandung. Bukan lahan sembarangan, tapi lahan yang digunakan untuk operasional Kebun Binatang Bandung. Ironi paling sempurna dalam sejarah korupsi modern. Seorang manusia unggul, doktor nyaris malaikat, justru tergelincir karena tanah milik rakyat yang digunakan untuk satwa. Dari pemimpin Pramuka, ia kini sebatas penghuni Rutan Kebonwaru. Dari Sekda Kota Bandung, menjadi sekadar tahanan dengan seragam oranye dan jatah makan tiga kali sehari, tanpa nasi box lembur.

Kini, nama Yossi Irianto tercatat bersama para legenda kejatuhan moral Indonesia. Ia mengukir babak baru dalam cerita para birokrat yang semula dipuja-puji, lalu tersungkur karena tamak. Karena kerakusan itu tak kenal gelar. Ia bisa menyusup ke ijazah doktor, ke rapat anggaran, ke dalam surat keputusan, bahkan ke senyum palsu yang dipasang saat jumpa pers. Pendidikan tinggi, jabatan prestisius, dedikasi panjang, semua jadi abu kalau di ujungnya uang rakyat dijadikan santapan pribadi.

Kita muak. Kita mual. Kita tak butuh lagi birokrat ber-IPK tinggi kalau hatinya sedingin brankas kantor keuangan. Kita tak ingin pahlawan palsu yang berbicara integritas tapi tak tahan godaan amplop dan aset negara. Kita ingin kejujuran yang tak bisa dijual. Bukan kemegahan karier yang berakhir di balik jeruji. Pada akhirnya, Yossi Irianto akan dikenang bukan karena IPK-nya, bukan karena dedikasinya di Pramuka, tapi karena ia mengkhianati semua itu demi secuil kuasa di atas tanah yang bahkan lebih setia pada satwa liar daripada manusia berhati serigala.

Publisher : Timtas M-Krimsus#camanewak

Komentar0

Type above and press Enter to search.