TSriBSA8GfrlBSClGpMiGpYoGi==

Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitorkrimsus.com

Saya ucapkan dulu, "Innalilahiwainnailaihirojiun." Duka sedang menyelimuti keluarga besar Najwa Shihab. Sang suami baru saja dijemput oleh sang pemilik jiwa-Nya. 

Ibrahim Sjarief Assegaf, suami dari jurnalis yang tak pernah selesai mencintai negeri, Najwa Shihab, meninggal dunia. Ya, dia benar-benar meninggal. Tidak settingan, tidak gimmick, tidak demi rating.

Pukul 14.29 WIB. Di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tempat di mana ribuan neuron berteriak dalam diam, stroke membungkusnya dalam sunyi, mengalahkan debat hukum yang bahkan hakim pun kadang tak mengerti. Umurnya baru 48 tahun. Tidak tua. Tapi dunia, seperti biasa, tak peduli. Ia ambil siapa saja yang ia mau, tak pernah konsultasi, tak pernah minta izin. Ia seperti birokrasi, lamban pada yang penting, cepat pada yang menyakitkan.

Jenazahnya disemayamkan di Jeruk Purut. Tempat dengan nama paling jujur untuk menggambarkan rasa hari ini, pahit. Sangat pahit. Cilandak Timur menjadi saksi bahwa bahkan pria dengan gelar hukum dan penghargaan prestisius pun, tetap tak bisa menunda kematian meski semenit. TPU Jeruk Purut akan menelannya, dan tanah, seperti biasa, akan diam-diam menutup luka yang tak akan benar-benar sembuh.

Ibrahim bukan sembarang nama. Ia bukan sekadar ‘suami dari...’ seperti yang media suka tulis untuk perempuan. Ia adalah pilar hukum, pendiri firma Assegaf Hamzah & Partners, dan Komisaris Utama Narasi, media yang mencoba tetap waras di tengah kebisingan kebenaran yang dipermainkan. Tapi lihatlah, bahkan pilar pun bisa tumbang, dan yang tersisa hanya debu, kutipan, dan linimasa penuh belasungkawa.

Kematian datang seperti push notification yang tak bisa di-swipe. Kita semua, seperti biasa, hanya bisa mengatakan, Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, lalu lanjut scroll TikTok.

Najwa Shihab, perempuan yang biasanya menyayat kebohongan di layar kaca, kini tersayat sunyi. Kamera dimatikan. Studio kosong. Dunia kehilangan satu-satunya pria yang mungkin bisa membuatnya tertawa meski debat politik nasional sedang kacau-kacaunya.

Ibrahim, andai kau bisa lihat ini. Lihat negeri yang masih berisik karena kebodohan yang sama. Yang kematianmu tak cukup untuk menyentak mereka dari tidur panjang. Yang menganggap kematian hanya berita selingan, bukan alarm yang memekakkan bahwa hidup ini rapuh, bodoh, dan pendek.

Mungkin, setelah ini, para pengacara akan kembali ke perkara-perkara penuh tipu daya. Para politisi kembali bersilat lidah. Media kembali cari clickbait. Kita semua kembali pura-pura kuat, pura-pura baik, pura-pura abadi.

Tapi biarlah kami menangis hari ini. Untukmu, Ibrahim. Untuk Najwa. Untuk dunia yang kehilangan, tapi belum tentu sadar.

Selamat tinggal, Tuan Assegaf. Dunia ini terlalu dangkal untuk menahan dalamnya pikiranmu. Semoga akhirat cukup luas untuk kedamaian yang tak bisa kami berikan di sini.

Kami hanya manusia. Manusia, seperti biasa, hanya menangisi ketika kehilangan. Untuk Najwa Shihab, tabahlah. Karya-karyamu tetap dinantikan negeri ini. 

Publisher : Timtas M-Krimsus#camanewak

Komentar0

Type above and press Enter to search.