TSriBSA8GfrlBSClGpMiGpYoGi==

TBC Mengintai di Sunyi: Sambas Siapkan Gerakan Edukasi dan Mitigasi Terpadu

SAMBAS // Monitorkrimsus.com

Lonjakan kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat dalam lima bulan terakhir menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan setempat. Hingga Mei 2025, tercatat 449 kasus TBC, dengan 7 kematian. Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi sinyal kuat bahwa penularan TBC masih mengintai di tengah masyarakat—terutama mereka yang belum memiliki pemahaman memadai tentang penyakit ini.Senin (12/05/25).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, Ganjar Eko Prabowo, menegaskan bahwa lonjakan ini tak hanya disebabkan oleh penyebaran aktif, tetapi juga lemahnya deteksi dini dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri secara rutin.

“Mayoritas penderita berada pada kelompok usia 15 hingga 65 tahun—usia produktif yang secara tidak sadar menjadi jembatan penularan di lingkungan kerja, rumah, dan komunitas,” ujarnya.

Tantangan utama, menurut Ganjar, adalah masih rendahnya pelaksanaan investigasi kontak oleh fasilitas kesehatan primer serta terapi pencegahan (TPT) bagi keluarga serumah pasien yang belum optimal. Hal ini diperparah oleh stigma sosial, kurangnya informasi, dan persepsi bahwa batuk berkepanjangan bukan sesuatu yang perlu ditindaklanjuti secara medis.

Pendekatan Solutif: Dari Rumah Tangga ke Komunitas

Pemerintah Kabupaten Sambas melalui Dinas Kesehatan kini mengambil pendekatan lebih holistik dan manusiawi. Tidak hanya berfokus pada pengobatan, tetapi juga pendidikan publik, pelibatan komunitas, dan pembentukan ekosistem pencegahan.

Adapun langkah-langkah yang telah disusun antara lain:

Investigasi kontak aktif di setiap kasus baru dengan pelibatan kader kesehatan desa.

Pelatihan tenaga kesehatan lapangan untuk memberikan pemahaman langsung kepada keluarga pasien.

Kampanye sadar TBC melalui media lokal, sekolah, pasar, dan rumah ibadah.

Distribusi obat terapi pencegahan TBC (TPT) secara gratis, khususnya untuk anak-anak dan lansia yang terpapar.

Pembukaan layanan hotline dan konsultasi gratis bagi warga yang mengalami gejala seperti batuk lebih dari dua minggu, demam malam, penurunan berat badan, atau keringat dingin.

“Kita tidak bisa menutup mata. Memang ada kasus yang tidak bisa dihindari, namun yang bisa kita cegah adalah penularannya. Di sinilah edukasi memainkan peran penting,” tegas Ganjar.

Pandangan Global: TBC sebagai Cermin Keadilan Kesehatan

Dalam tinjauan global, Dr. Elena Marcos, ahli kesehatan komunitas dari WHO Asia Tenggara, menilai bahwa kasus TBC di daerah seperti Sambas mencerminkan kebutuhan akan sistem kesehatan yang lebih adil dan inklusif.

“Tuberkulosis bukan semata persoalan paru-paru, tapi cermin seberapa jauh layanan kesehatan menyentuh masyarakat paling bawah,” ungkapnya.

Ia menyarankan agar daerah dengan keterbatasan akses layanan harus mengandalkan pendekatan berbasis komunitas: melibatkan tokoh lokal, tenaga non-medis terlatih, serta menciptakan ruang konsultasi yang aman dari stigma.

Optimisme dan Kolaborasi

Dinas Kesehatan Sambas mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut aktif dalam gerakan pencegahan ini. Dengan kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, tokoh masyarakat, dan warga, TBC bisa ditekan dan dicegah penyebarannya secara signifikan.

“Penyakit ini bisa disembuhkan. Yang perlu kita bangun adalah kepedulian bersama. Jangan anggap remeh batuk lama. Segera periksa, lindungi keluarga, dan mari kita lawan TBC bersama,” tutup Ganjar.

Publusher : Tim/Red

Komentar0

Type above and press Enter to search.