Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar
PONTIANAK // Monitorkrimsus.com
Skandal dalam negeri cukup banyak. Cuma, endingnya bisa ditebak, mirip kopi tanpa gula. Nah, sekali-kali kita bicara soal skandal dari negeri sebelah. Tepatnya, Thailand, negerinya Jirayut. Skandal kali ini sangat panas. Bayangkan, wak! Saya yang lagi ngopi di warkop reot di Jalan Haruna, terasa panasnya.
Begini cerita dari negeri yang terkenal dengan Ladyboynya itu. Dunia internasional baru saja menyaksikan satu lagi mahakarya geopolitik dari kawasan Asia Tenggara. Kali ini bukan dari latihan militer atau ledakan senjata. Tapi, dari rekaman telepon 17 menit. Ya, tujuh belas menit! Lebih pendek dari durasi sinetron azan magrib, tapi cukup untuk membuat koalisi pemerintahan Thailand ambruk, hubungan bilateral terguncang, dan satu generasi penonton drama Thailand di Kamboja menangis tanpa subtitle.
Adalah Perdana Menteri Thailand termuda, Paetongtarn Shinawatra, sosok perempuan ambisius berdarah politik yang baru 10 bulan duduk di kursi kekuasaan, kini dipaksa berhadapan dengan amarah rakyat, badai parlemen, dan tentu saja… Facebook. Penyebabnya? Percakapan super akrabnya dengan mantan diktator Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik. Disebar ke 80 pejabat katanya, tapi akhirnya diunggah sendiri oleh Sang Paman ke Facebook pribadi. Sungguh bentuk transparansi politik yang terlalu… transparan.
Dalam percakapan itu, Paetongtarn dengan manis menyapa, “Paman,” lalu meluncurkan serangkaian curhatan yang biasanya hanya disampaikan dalam grup keluarga. Ia membahas insiden perbatasan Mei lalu yang menewaskan seorang tentara Kamboja, menyindir militer Thailand sendiri, dan bahkan memberikan kode diskon diplomasi, “Kalau paman butuh apa-apa, bilang ya…”
Publik Thailand pun meledak. Bukan hanya karena isi percakapan, tapi karena betapa mesranya nada suara Paetongtarn terhadap seseorang yang pernah memerintah negara tetangga dengan tangan besi selama hampir 40 tahun. Sementara militer Thailand, yang selama ini lebih sensitif dari sinyal Wi-Fi, tersinggung berat. Seorang komandan disebut-sebut sebagai "pihak seberang" yang "ingin terlihat hebat". Ini bukan lagi diplomasi. Ini sudah masuk ranah stand-up comedy geopolitik.
Akibatnya? Partai Bumjaithai cabut dari koalisi. Thailand kini seperti rumah tangga tanpa kepala keluarga. Penuh gosip, ancaman cerai, dan pembagian harta tak jelas. Oposisi menggonggong lebih keras dari biasanya. Para profesor politik menulis esai panjang tentang “kerusakan citra nasional akibat percakapan akrab”. Bahkan akademisi dari Universitas Chulalongkorn, Thitinan Pongsudhirak, menyebut, “Kepergiannya hanya soal waktu.” Sebuah kalimat yang biasanya kita dengar dari paranormal, kini jadi analisis ilmiah.
Kamboja tak kalah dramatis. Setelah insiden perbatasan di Segitiga Zamrud, wilayah penuh konflik antara Thailand, Kamboja, dan Laos, kedua negara malah saling ngambek. Thailand ancam putus listrik ke kota perbatasan, Kamboja balas dengan menghentikan impor sayur dan melarang drama TV Thailand. Dunia belum pernah melihat sayuran dan sinetron jadi alat tawar-menawar perbatasan, kecuali sekarang.
Sebagai bumbu pamungkas, Kamboja menyeret masalah ini ke Mahkamah Internasional. Tapi Thailand menolak, karena katanya, batas wilayah itu warisan peta kolonial. Mungkin mereka lebih percaya pada GPS atau Google Earth versi offline.
Apakah Paetongtarn akan jatuh? Bisa jadi. Tapi yang pasti, ini jadi pelajaran penting dalam diplomasi modern, jangan pernah curhat ke paman eks-diktator lewat telepon, apalagi yang punya Facebook.
Pada akhirnya, skandal ini bukan soal batas wilayah atau keamanan nasional. Ini soal ketidakmampuan elite politik memahami bahwa era modern tidak mengenal ruang pribadi. Semua bisa terekam. Semua bisa bocor. Bahkan ucapan “kalau paman butuh apa-apa…” bisa menjadi alasan pembubaran koalisi.
Apakah Paetongtarn akan lengser? Mungkin. Apakah ini akan memicu perang? Tidak. Tapi yang pasti, ini memperjelas satu hal, dalam politik ASEAN, paman bisa jadi lebih berbahaya dari musuh.
Selamat datang di Asia Tenggara, tempat di mana diplomasi terdengar seperti drama keluarga, dengan subtitel internasional dan komentar netizen 720p.
Publisher : TIMtas M-Krimsus#camanewak
Komentar0