TSriBSA8GfrlBSClGpMiGpYoGi==

Bentrokan di Ceramah Habib Rezieq, Lima Korban Luka-luka

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitorkrimsus.com

Soal nasab, ributnya sampai bertahun-tahun. Tapi, sebatas di media sosial saja. Ternyata belum puas ribut di dunia maya, dua kelompok ini pun memilih bentrok di dunia nyata. Yang suka keributan, ngumpul di sini bentar sambil seruput kopi tanpa gula, wak!

Malam itu, langit Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Pemalang, tidak cuma mendung. Ia murung. Bahkan langit pun menolak melihat tontonan konyol yang segera terjadi di bawahnya. Tanggal 22 Juli 2025, pukul 22.30 WIB, ketika orang-orang seharusnya tidur nyenyak atau minimal buka TikTok dalam damai, ratusan orang justru berlarian dengan baju putih dan hitam, membawa batu, kayu, dan mungkin beberapa sumpah serapah yang belum disahkan oleh MUI.

Semuanya bermula dari satu hal yang sangat sederhana, ceramah. Iya, ceramah. Bukan konser Metallica. Bukan pula balap liar. Hanya ceramah memperingati bulan Muharram. Tapi entah bagaimana, umat yang katanya cinta damai berubah menjadi prajurit-prajurit fanatik dari dua kerajaan ormas, Front Persatuan Islam (FPI) dan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS). Dua nama panjang yang lebih cocok untuk judul sinetron Ramadan.

Habib Muhammad Riziq Zihab, atau biasa dipanggil HRS, malam itu dijadwalkan memberi tausiyah. Tausiyah. Pengajian. Tapi ketika rombongan beliau datang, yang menyambut bukan lantunan selawat, melainkan lemparan batu dan aura dendam ormasik. PWI-LS rupanya menolak keras kehadiran beliau. Bukan karena beda mazhab atau beda pendapat soal hukum rebahan habis Subuh. Tapi karena... yah, pokoknya mereka tidak suka. Sudah.

Surat edaran sudah disebar sebelumnya. PWI-LS Pemalang menyurati seluruh pasukannya di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bunyinya kira-kira, "Mari kita cegah kedatangan seorang penceramah dengan cara paling tidak islami!" Mereka datang. Ratusan. Seperti film Avengers, Endgame, tapi tanpa CGI dan kostum bagus. Hanya sarung, sorban, dan wajah penuh semangat jihad versi tabloid.

Polisi mencoba menghalau. Tentara pun hadir. Tapi entah kenapa, suasana jadi mirip nonton derby Persija vs Viking. Ada blokade, ada teriakan, dan tentu saja, celurit. Dalam waktu kurang dari 15 menit, kekacauan pecah. FPI yang berbaju putih mengejar PWI-LS yang berbaju hitam. Batu beterbangan seperti hadiah dari langit. Suara takbir bersahut-sahutan, tapi bukan untuk doa. Untuk provokasi.

Lima orang terluka. Bukan karena salah duduk atau kejatuhan mic. Tapi karena sabetan senjata tajam. Iya, sabetan. Ini ceramah apa koloseum Roma zaman Nero? Mereka dilarikan ke RS Siaga Medika Pemalang, yang malam itu mendadak berubah jadi posko korban kekacauan agama dadakan.

Habib Rizieq, tetap tenang di atas mimbar. Beliau, dengan suara khas yang bisa menggetarkan sound system KW, menyampaikan, “Saya sampaikan Pak Kapolres, Pak Dandim, bahwa ada korban lima orang akibat sabetan senjata tajam, dan saya minta diproses secara hukum.” Ucapan penuh hikmah yang terdengar seperti sindiran halus kepada semua pihak yang hadir tapi tidak sadar diri.

Sampai saat ini, polisi belum menetapkan siapa yang bersalah. Mungkin karena semua bersalah. Atau mungkin karena mereka masih sibuk mencari potongan batu yang tertinggal.

Inilah ceramah paling dramatis dalam sejarah Kabupaten Pemalang. Peringatan Muharram berubah jadi medan perang spiritual penuh satire. Islam, yang sejatinya rahmatan lil alamin, malam itu dipreteli jadi rahmatan lil lempar-batuan. Sebuah ironi suci yang membuktikan, ketika ego berjubah dalil, maka kebenaran hanyalah alat, bukan tujuan.

Rakyat kecil, terutama kang ngopi? Hanya bisa menonton, sambil geleng-geleng kepala, menyimpan pertanyaan paling filosofis sepanjang masa, ini dakwah... atau gladiator live show versi ormas?

Publisher : Krista#camanewak

Komentar0

Type above and press Enter to search.