TSriBSA8GfrlBSClGpMiGpYoGi==

Tenggelamnya KMP Tunu Pratama, 6 Meninggal, 30 Hilang

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitorkrimsus.com

Malam itu, langit tak bersuara, tapi laut menggeliat seperti menyimpan rahasia murka. KMP Tunu Pratama Jaya, kapal penumpang yang menua dalam diam, meninggalkan Pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada pukul 22.56 WIB, 2 Juli 2025. Ia bukan sekadar kapal. Ia adalah harapan. Harapan 53 penumpang dan 12 kru yang ingin tiba di Gilimanuk, Bali, entah untuk pulang, berdagang, bertugas, atau sekadar menyusul mimpi yang tertinggal. Tapi mimpi-mimpi itu kini tercerai berai di antara arus laut, bersama nyawa-nyawa yang tak sempat berkata selamat tinggal.

Kapal itu sempat bersandar dengan damai. Selesai bongkar muat pukul 22.28 WIB. Tak ada yang tahu bahwa 47 menit kemudian, pada pukul 23.15, ia akan menghilang dari radar. Dalam dunia yang penuh satelit, kamera pengawas, dan teknologi deteksi gelombang, sebuah kapal bisa hilang begitu saja. Kita pun sadar, kemajuan peradaban tak pernah benar-benar menghilangkan kemungkinan tenggelam.

Sinyal darurat sempat dikirim pukul 23.20. Mesin bocor, katanya. Tapi laut tak menunggu klarifikasi. Lima belas menit kemudian, 23.35, semuanya selesai. Kapal itu rebah dalam pelukan maut Selat Bali, sekitar 200 meter dari garis pantai. Lokasinya terang, koordinatnya jelas, 8°09'32.35"S 114°25'6.38"E. Tapi apa arti akurasi jika yang ditemukan hanyalah serpihan pelampung, tas mengambang, dan tangisan yang tak pernah sempat diteriakkan?

Dari 65 jiwa yang berlayar, 29 ditemukan selamat. Beberapa berenang dengan luka di tubuh dan trauma di mata. Mereka digendong nelayan, bukan oleh sistem penyelamatan megah. Enam ditemukan tak bernyawa, ada anak-anak, ada kru kantin yang mungkin tengah memanaskan air untuk kopi terakhir mereka. Lalu, 30 lainnya masih dicari, entah ditemukan atau dibiarkan menjadi bagian dari dasar laut yang kini menjadi pusara massal.

Cuaca buruk, kata laporan. Gelombang 2 hingga 2,5 meter, arus 2 meter per detik, angin 9 knot. Tapi apakah kita bicara tentang bencana atau kelalaian yang disengaja? Dr. Setyo Nugroho dari ITS menjelaskan, kapal tua, mesin bocor, perawatan minim, muatan tak stabil, SOP dilanggar, alat keselamatan dipertanyakan. Ini bukan takdir. Ini adalah kesengajaan kolektif yang dibungkus dengan kealpaan prosedural. Surat Persetujuan Berlayar dikeluarkan, jaket pelampung disimpan entah di mana, dan cuaca dilawan dengan semangat optimisme bodoh.

Bangsa ini ahli mengubur. Tanggapan resmi akan datang. Empati dari pejabat, penyelidikan dari lembaga, dan headline koran yang puitis. Tapi semua itu hanya bunga tabur di atas tragedi yang sama yang terus berulang. Kita hafal dialognya, "Kami prihatin," "Kami akan evaluasi," "Kami pastikan penyebabnya diusut." Lalu kapal lain pun disiapkan, mesin tua dipoles ulang, dan lautan kembali menerima korban berikutnya.

Maka biarlah KMP Tunu Pratama Jaya menjadi nisan simbolik bagi ribuan kapal tua yang terus dipaksa melaut. Biarlah laut Bali menjadi saksi bahwa kadang, yang tenggelam bukan hanya kapal, tapi juga rasa tanggung jawab kita sebagai bangsa maritim. Laut tidak pernah kejam. Yang kejam adalah sistem yang membiarkan kapal bocor berlayar demi mengejar jadwal, bukan keselamatan.

Semoga pada malam itu, ketika langit menutup matanya dan laut membuka perutnya, mereka yang gugur dibaringkan di kedalaman bukan sebagai angka statistik, tapi sebagai gugatan sunyi kepada negara yang selalu datang terlambat, bahkan untuk sekadar minta maaf.

KMP Tunu Pratama Jaya telah karam. Tapi yang sesungguhnya tenggelam bukan hanya kapal. Yang karam adalah kepercayaan, akal sehat, dan nyawa manusia yang lebih murah daripada biaya docking tahunan. Mereka tidak mati karena laut. Mereka mati karena sistem yang membiarkan kebocoran itu menjadi biasa. Karena di negeri ini, tragedi bukan musibah, ia adalah tradisi.

Sebelum ini ditutup, saya ucapkan belasungkawa mendalam untuk para korban. Hanya bisa berdoa, kejadian serupa tidak terulang lagi. Kopi tanpa gula kali ini benar-benar pahit. 

Publisher : Krista#camanewak

Komentar0

Type above and press Enter to search.