Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar
Ini tulisan pertama saya soal bidadari atau ratu kecantikan di negeri ini. Saya tertarik, karena rame dan heboh. Infonya ada skandal, debat teologis, aktivisme, viral TikTok, kontrak yang mengerikan. Benarkah demikian? Mari kita belai lembut sambil seruput capucino di Kafe Rajawali Pontianak, wak!
Drama Miss Universe Indonesia 2025 dimulai dengan kemunculan Kirana Larasati. Di usia 37, dia datang ke audisi tanpa permisi dari hukum gravitasi atau norma kecantikan klasik. Dengan tank top putih, celana high-waist, dan aura “aku tak butuh izin siapa pun”, dia menghentak panggung audisi. Video penampilannya viral, mengguncang netizen, bikin para kontestan lain mendadak demam umur. Ia datang bukan cuma sebagai wanita, tapi sebagai manifesto hidup, bahwa usia adalah fiksi dan wanita matang bisa lebih mengkilap dari botol serum glowing.
Namun, baru Kirana membuka pintu, Valery Vall menendangnya lebar-lebar. Ia bukan hanya kontestan. Ia adalah whistleblower dalam balutan gaun pesta. Ia membongkar kontrak peserta yang katanya lebih sadis dari ujian masuk CIA dan lebih membingungkan dari teori relativitas. Ada pasal yang bisa bikin peserta stres kronis dan profesional burnout. “Siapa juga yang mau tanda tangan beginian, iuhh,” katanya dalam video yang kini lebih terkenal dari pidato presiden. Netizen pun menobatkannya sebagai Miss Satire Indonesia.
Belum reda riuh kontrak Valery, jagat pageant diguncang lagi oleh drama religi-internasional, Merince Kogoya dari Papua Pegunungan, yang videonya sedang berdoa sambil mengibarkan bendera Israel, tiba-tiba viral. Video lama, dua tahun silam. Tapi di negeri ini, viral tak mengenal waktu dan pengampunan. Dalam hitungan jam, Merince dipulangkan dari karantina. Ia minta maaf, katanya itu bagian dari iman. Tapi mahkota tak punya waktu untuk memahami iman. Ia lebih cepat diganti dari status relationship di Facebook.
Di tengah gelombang air mata, api kontroversi, dan tsunami opini publik, muncullah sang pemenang, Nadya Almira dari DKI Jakarta. Seperti tokoh utama yang menunggu di babak ketiga novel Paulo Coelho, Nadya tidak banyak muncul di awal, tapi menyapu segalanya di klimaks. Seorang dokter gigi, aktivis kesehatan mental, fasih berbahasa Inggris, dan pengusung kampanye “Senyum Sehat, Jiwa Kuat”. Sebuah frasa yang terdengar seperti iklan pasta gigi, tapi penuh makna spiritual.
Di malam puncak, Nadya menjawab pertanyaan soal empati dalam kepemimpinan dengan ketenangan seorang dalai lama yang baru lulus kedokteran. Ia tak hanya menawan. Ia menusuk. Bukan dengan heels, tapi dengan kalimat. Mahkota pun mendarat di kepalanya, disematkan langsung oleh Clara Shafira Krebs, pemenang sebelumnya dari Banten yang kini tampak seperti dewi pensiunan.
Nadya akan mewakili Indonesia di ajang dunia. Bukan sekadar membawa kecantikan, tapi narasi baru, bahwa wanita bisa menyembuhkan, memimpin, dan menjadi viral tanpa goyang-goyang absurd. Ia adalah simbol bahwa dari reruntuhan polemik, kontrak penuh jebakan, dan peristiwa internasional yang menegangkan, masih ada cahaya putih terang dari senyum sehat dan jiwa kuat.
Dalam pusaran glamor yang penuh sorotan lampu dan denting heels di atas panggung, Miss Universe Indonesia 2025 memperlihatkan bahwa kecantikan sejati bukan hanya soal wajah yang simetris atau gaun berkilau, tapi tentang keberanian menghadapi absurditas dunia nyata. Kirana Larasati, Valery Vall, hingga Merince Kogoya menjadi bukti bahwa mahkota tak pernah sekadar bertengger di kepala, ia membawa beban opini publik, tekanan industri, hingga ujian nilai personal yang tak tertulis. Mereka adalah perempuan yang tidak hanya tampil, tapi bertahan dalam arus deras penghakiman dan ekspektasi sosial.
Pesan moralnya jelas, dalam dunia yang seringkali membingungkan antara citra dan substansi, mereka yang jujur pada dirinya sendiri akan selalu tampak paling bersinar. Mahkota bisa dilepas, posisi bisa digantikan, tapi integritas, keberanian, dan suara yang tulus tak akan pernah lekang oleh trending topic atau kontrak halaman dua puluh tujuh. Kecantikan bukan hanya tentang dilihat, tapi tentang didengar dan dimengerti. Dalam cerita ini, yang paling cantik adalah yang paling berani berdiri ketika yang lain memilih diam.
Selamat datang di Miss Universe Indonesia 2025. Sebuah drama, tragedi, dan kemenangan yang layak disutradarai langsung oleh Quentin Tarantino dan ditulis ulang oleh Franz Kafka.
Publisher : Krista#camanewak
Komentar0